Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 10 September 2017 - Oleh Pdt. Andrew M. Assa
Amsal 16:4 - TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka.
Segala sesuatu yang ada di dunia ini Tuhan selalu punya tujuan. Setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita ada tujuan di dalamnya, tapi berapa banyak kali orang tidak bisa menangkap tujuan Tuhan bagi hidupnya. Keberadaan orang fasik pun ada tujuannya. Saulus seorang penganiaya jemaat, Allah sedang mendidik/memurnikan jemaat tapi Allah juga tetap punya rencana untuk Saulus. Onesimus seorang bawahan, ia mencuri uang Filemon tuannya, ia lari dari tuannya, dan masih melakukan kejahatan-kejahatan sampai ia masuk di penjara di Roma. Ketika sampai di Roma ia satu penjara dengan rasul Paulus, rasul Paulus menulis surat Filemon supaya Filemon menerima Onesimus kembali tetapi suratan ini tertulis dalam Alkitab. Jadi Allah tetap punya tujuan termasuk orang-orang yang mungkin sedang menjahati kita. Allah pakai orang-orang di sekitar kita untuk menyempurnakan kita, jadi untuk segala sesuatu tetap ada tujuan Allah di dalamnya. Termasuk keseharian kita.
Kita semua berada di bawah kata kunci anugrah. Rutinitas Daud pun tetap ada tujuannya. 1 Samuel 17:15, 37 Daud menjadi prajurit paruh waktu, namun dia tetap setia dengan pekerjaan/panggilannya menggembalakan domba ayahnya. Setialah dengan pekerjaan kita masing-masing. Kesetiaan Daud jadi gembala tetap ada hasilnya. Sebelum Daud melawan Goliat, Tuhan melatih dia lewat rutinitasnya menggembalakan domba, melawan singa atau beruang, Daud membela kawanan dombanya. Tapi rupanya itu merupakan latihan untuk satu kali ia melawan raksasa.
Tuhan melatih kita lewat rutinitas kita setiap hari, pekerjaan-pekerjaan kita setiap hari. Ujian hidup bisa terjadi kapan saja. Ada peristiwa besar/mulia yang ada di depan kita, apapun yang sedang kita kerjakan, itu ada tujuan Allah di dalamnya, tujuan Allah bukan menghancurkan kita, tetapi untuk membuat kita makin lama makin naik. Ketika keseharian hidup Daud merupakan sebuah pujian (setiap hari memetik kecapi), ada Tuhan yang memerhatikannya.
Mazmur 78:70. Tuhan memilih Daud bukan dari antara para prajurit tapi dari antara kandang-kandang kambing domba. Daud bersyukur dengan panggilannya sebagai penggembala (warga kelas dua yang tidak dianggap apa-apa, dianggap hina). Tuhan senang melihat orang yang setia mengerjakan tujuan Allah dalam hidupnya. Tujuan Allah belum selesai di sini ayat 71 mengatakan dari tempat domba-domba (the ewes - domba betina) yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri. Daud harus memperlakukan domba-domba betina dan anak-anak domba dengan lembut dan itu bertujuan satu kali ia akan "menggembalakan" kawanan umat Tuhan, Israel.
1 Samuel 24, Daud sudah menjadi prajurit dan ia benar-benar berperang sepenuh waktu untuk raja Saul, Daud disertai Tuhan kemana pun ia pergi, Tuhan membuat berhasil. Daud mulai dipromosikan oleh Tuhan sehingga tiap kali pulang berperang wanita-wanita selalu mengelu-elukannya dan itu membuat Saul dengki padanya. Daud tidak pernah melawan dan membalas saat Saul berusaha membunuhnya dengan tombak (3 kali), tapi Daud mengelakkannya, "menundukkan kepala" (menyembah dan berserah kepada Tuhan).
1 Samuel 24:1-4 Akhirnya Daud lari. Daud dianggap sebagai musuh masyarakat, jadi kemana pun Daud pergi, rakyat Israel memberitahukan kepada Saul. Saul mengangkat pasukan khusus untuk menangkap Daud. Sekalipun dalam pelarian "hati Daud tetap dekat dengan kandang kambing domba", ia mengerti panggilan Allah, tujuan Allah buat dia. Kalau kita bisa berhasil kata kuncinya adalah: anugrah. Jangan lupakan panggilan Allah, dari mana kita berasal.
Ketika kita dekat dengan kandang domba, menurut orang ini sebuah jebakan (1 Samuel 24:4). 1 Samuel 24:5 - Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: "Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam. Daud bersama-sama dengan 400 orang-orangnya. Kelihatannya orang-orang di sekitar Daud “mengutip” ayat-ayat firman Allah, mereka meneguhkan pimpinannya dengan kata-kata yang kelihatannya rohani. 1 Samuel 24:6 - Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul. Kata “berdebar-debar” sama persis dengan 2 Samuel 24:10 - Tetapi berdebar-debarlah hati Daud, setelah ia menghitung rakyat .... Dalam bahasa Ibrani menggunakan kata yang sama. Daud memang tidak membunuh Saul, dia memotong ujung jubah Saul dengan diam-diam, tapi hati nurani Daud tahu bahwa itu tindakan yang salah. Mungkin ketika ada orang menjahati kita, kita tidak membalas atau membunuh atau memusuhi dia, tapi berapa banyak kali di zaman modern ini kita "potong ujung jubahnya" lewat media sosial kita ungkapkan kekesalan atau uneg-uneg kita. Dan saat itu tersebar, tidak bisa ditarik kembali. Nampaknya itu hal yang alamiah saat ini, tetapi hal itu dapat "meracuni" banyak orang bahkan seringkali akibatnya fatal (saat jadi viral/terkenal di dunia maya). Nyatakan saja isi hati kita kepada Tuhan, mulailah menyembah Dia, datang pada-Nya.
Di dalam kasih karunia Allah, jangan coba "potong ujung jubah seseorang". Apa yang ditabur itu yang akan dituai, Daud alami "dipotong ujung jubahnya" oleh anaknya sendiri, Absalom mengkudeta dia. Membuat dia terusir dari istananya. Kasih karunia Allah, yang "mengembalikan" Daud ke istana.
Ketika bertemu dengan kesempatan yang kedua, sikap Daud berbeda. Ia tidak memotong ujung jubah Saul. Dia mengambil tombak dan kendi Saul (1 Samuel 26:12), dan akhirnya dikembalikan lagi. Sesuatu yang dipotong tidak mungkin bisa dikembalikan, ketika kata-kata/berita sudah dilepaskan tidak bisa kembali.
Tuhan tetap punya waktu buat Daud, Tuhan genapi rencananya. Kita tidak bisa kalahkan kebencian dengan kebencian, kalahkan kebencian dengan kebaikan karena kita terima anugrah Allah. Kita tidak bisa kalahkan kegelapan dengan berbuat gelap, tapi nyalakan terang. Tinggallah di dalam kasih Allah, biarlah kita punya sebuah sikap: "Saya mau rencana Allah terjadi dalam hidup saya, di dalam jalannya Allah". "Saya hormati proses Tuhan, maka Tuhan akan hormati janji-Nya atas hidup kita". Jangan coba pakai kekuatan kita untuk potong ujung jubah seseorang.
Allah sendiri yang genapi janji-Nya atas hidup Daud menurut cara-Nya Allah.
2 Samuel 5:1-5. Mazmur 57:3 [NLT] - I cry out to God Most High, to God who will fulfill his purpose for me (aku berseru kepada Allah yang Mahatinggi, kepada Tuhan yang akan penuhi tujuan-Nya bagiku). Pasal ini ditulis ketika Daud sedang bersembunyi di gua Adulam (1 Samuel 24). Allah punya tujuan dalam hidup kita dan yang akan genapi tujuannya adalah Allah sendiri. Ikuti jalan Allah "jangan potong ujung jubah raja Saul".
Amin.