Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 17 Mei 2020 Oleh Pdt. Toni Aris Santoso
Mazmur 119:57-60, “Inilah yang kuperoleh, bahwa aku memegang titah-titah-Mu. Bagianku ialah TUHAN, aku telah berjanji untuk berpegang pada firman-firman-Mu. Aku memohon belas kasihan-Mu dengan segenap hati, kasihanilah aku sesuai dengan janji-Mu. Aku memikirkan jalan-jalan hidupku, dan melangkahkan kakiku menuju peringatan-peringatan-Mu. Aku bersegera dan tidak berlambat-lambat untuk berpegang pada perintah-perintah-Mu.”
Apa yang menjadi bagian dalam hidup kita? Ada orang yang menjadikan harta sebagai bagian hidup, sehingga mengejar harta. Ada yang menjadikan pendidikan sebagai bagian dari hidupnya, belajar terus-menerus, mengejar gelar. Tidak ada yang salah. Tetapi Daud mengatakan "bagianku ialah Tuhan". Daud menjadikan perkenanan Tuhan sebagai bagian yang sempurna dalam hidupnya, melalui berpegang pada janji dan firman Tuhan.
Berpegang bukan hanya sekedar percaya. Daud membuktikan bahwa ia tidak sekedar mencintai Tuhan. Ia mengambil sikap ketaatan. Harta dan kepandaian hanya bersifat sementara. Tetapi saat mengejar Tuhan sebagai bagian dalam hidup kita, hasilnya tidak sia-sia.
Bagaimana bukti dari ketaatan?
Taat adalah bukti bagian dari iman, yang wajib dikerjakan. Kalau kita hanya percaya, tetapi bila tidak setia dan taat, maka tidak bisa dikatakan beriman. Setiap janji Tuhan pasti bersyarat.
Ulangan 5:33, “Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN Allahmu, haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu serta lanjut umurmu di negeri yang kamu duduki.” Kalau hanya menduduki tanpa ada syaratnya, janji itu tidak tergenapi. 1 Yohanes 3:22, ketaatan adalah kunci. Ketaatan adalah sesuatu yang sangat berharga dibalik janji-janji Tuhan. Kita sangat yakin pemberian dari Tuhan adalah anugerah bagi kita.
Mengapa kita harus memiliki ketaatan?
1. Mazmur 119:32, “Aku akan mengikuti petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab Engkau melapangkan hatiku.” Ketaatan tidak terpengaruh dengan situasi atau kondisi. Seringkali saat kondisi sukar, orang bisa tidak taat melakukan kebenaran firman Tuhan, sehingga berat untuk taat. Ketaatan tidak terkondisi dengan keadaan. Ketaatan tidak mengubah kesetiaan kita. Lakukan yang terbaik untuk Tuhan, Tuhan pasti memberikan pertolongan-Nya bagi kita. Ketaatan membuat kita semakin yakin kepada siapa kita berharap. Tuhan adalah Tuhan yang hidup, Tuhan yang mengerti kondisi hidup kita.
2. Mazmur 119:60, “Aku bersegera dan tidak berlambat-lambat untuk berpegang pada perintah-perintah-Mu.” Saat perintah disampaikan, lakukan dengan segera. Jangan menunda-nunda. Seperti orang tua yang memberikan perintah pada anak, semua demi kebaikan si anak. Orang tua ingin anaknya menjadi dewasa, semakin baik hidupnya. Demikian juga dengan Tuhan. Setiap perintah, ada maksud yang baik. Tuhan tidak pernah memberikan masa depan yang buruk.
3. Mazmur 119:4, ”Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh.” Ketaatan tidak boleh dilakukan dengan main-main. Harus sungguh-sungguh.
a. Dunia bisa berubah, tetapi kebenaran tidak pernah bisa berubah. Kondisi apapun, kebenaran tetaplah kebenaran.
b. Jangan pernah meragukan kebenaran. Godaan tertua yang dialami manusia adalah meragukan kebenaran. Kejadian 3:1, ular berusaha untuk menggoda Hawa supaya meragukan firman Tuhan.
4. Amsal 3:5, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” Percayai Tuhan dengan segenap hati. Seringkali orang tidak taat karena merasa lebih bisa. Dia merasa tahu dan bersandar pada pengertian diri sendiri. 2 Raja 5:11-14, saat nabi Elisa memberikan saran untuk Naaman untuk berendam dalam sungai Yordan, Naaman kecewa dan panas hati. Dia bersandar pada pengertiannya sendiri, sungai-sungai lain lebih baik daripada sungai Yordan. Sebetulnya bukan sungai Yordan yang menyembuhkan, tetapi ketaatan yang membuat Naaman sembuh.
Contoh ketaatan yang berhasil mendapatkan janji Tuhan :
1. Kejadian 12:4, “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.”
Abraham mau taat di tengah situasi yang tidak pasti. Dalam kondisi yang sudah mapan, Abraham harus keluar ke tanah yang dia sendiri tidak tahu pasti bagaimana keadaannya. Abraham meninggalkan keluarga sebagai bukti ketaatan. Bahkan harus mempersembahkan anak yang dikasihinya. Namun, karena ketaatannya, ia disebut bapak banyak bangsa.
2. Kejadian 6:22, “Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya”.
Saat Nuh membuat bahtera, prosesnya membutuhkan waktu bertahun-tahun. Apalagi membuatnya di atas gunung. Ada cemooh dan perkataan yang tidak menyenangkan dari orang-orang sekitarnya. Tetapi hasilnya, dia menyelamatkan manusia.
3. Lukas 22:42, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”
Kehendak Yesus tidak mau melakukan proses salib. Tetapi Ia melakukan kehendak Bapa. "Bukan kehendakku, melainkan kehendakMu". Filipi 2:8, kesetaraan Yesus dengan Allah ditanggalkan. Hasil dari ketaatan itu, Yesus menyelamatkan hidup kita. Dari yang tidak berdosa dibuat menjadi berdosa.
Ketaatan bukan hanya sekadar percaya, tetapi melakukan yang terbaik. Menjadikan Tuhan bagian yang utama,mendatangkan janji Tuhan. Setiap janji Tuhan ada syaratnya, bahkan keselamatan pun bersyarat, yaitu percaya pada Yesus.
Amin.

