Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 12 Juli 2020 Oleh Pdt. Andrew M. Assa
Surya kebenaran kita adalah Yesus Kristus. Mazmur 84, Dia akan menjadi matahari dan perisai kita. Ketika kita fokus pada Surya Kebenaran, kita lakukan ibadah bukan karena sebuah liturgi. Hubungan kita dengan Allah tidak ditentukan seberapa banyak firman yang kita baca atau seberapa sering kita berdoa. Bicara tentang hubungan dengan Allah, saat menjalani hari-hari, kita meyakini bahwa Tuhan adalah tempat perteduhan kita, gembala yang memimpin dan menyediakan, nikmati kehadiran-Nya.
Mazmur 105:4, “Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!” saat menjalin hubungan yang intim dengan Tuhan, hasilnya dahsyat. Saat ke gereja, carilah Tuhan, bukan memilih siapa yang berkhotbah. Mencari Tuhan bukan sebuah liturgi, tetapi membangun keintiman dengan Tuhan.
Di jaman Yusuf, belum ada firman yang disampaikan, belum ada hukum Taurat. Tetapi Yusuf memilih untuk mencari Tuhan. Mazmur 105:19, “sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji Tuhan membenarkannya”, tidak pernah rugi saat memegang firman Allah. Sama seperti Yusuf, yang dimasukkan ke dalam penjara dan difitnah, dibenamkan oleh masalah, tetapi firman itu seperti benih, yang diberikan pertumbuhan oleh Tuhan. Yusuf pegang firman Allah. Meskipun belum tertulis, tapi firman sudah ada hatinya. Mazmur 104:33-34, pujian bukan hanya sekedar pembuka. Kita sedang diajak bersama-sama untuk seirama memuliakan Tuhan. Memuji Tuhan bukan soal liturgi gereja. Siapa yang menjadi fokus kita, akan mempengaruhi hati dan pikiran. “Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN.” Saat sudah menjadi raja, pola pikir Yusuf diperbaharui lewat apa yang keluar dari hatinya. Dia percaya bahwa Allah mereka-reka hal yang baik meskipun saudaranya mereka-reka hal buruk untuknya. Terhubunglah dengan Tuhan.
Ibrani 12:1, “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” Run with patience, berlari dengan tekun. Berlari dengan sabar. Hidup ini seperti marathon yang panjang. Bagaimana kita harus bertanding?
1. Bertanding menurut aturan.
2 Timotius 2:5, “Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.” Ada aturannya. Bukan sembarang lari, bukan cari jalan pintas. Mazmur 32:8, Tuhan akan menuntun kita dengan pandangan mata-Nya. Saat jalin hubungan dengan Tuhan dan ikuti aturan Allah, dalam keadaan susah, Tuhan angkat kita menjadi pemenang.
2. Bertandinglah untuk menang.
1 Korintus 9:24, “Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!” Jangan merasa pesimis, kita semua harus bertanding untuk menang. Jangan mau hanya di posisi yang sekarang.
3. Bertanding dengan kuasa supranatural.
Yesaya 40:29-31, meskipun sudah sampai tidak punya daya, tetap bertanding. Dia yang memberi kekuatan pada yang lelah. Orang yang menantikan Tuhan, mendapatkan kekuatan supranatural. Bukan soal berapa kali ibadah, tapi “qavah”, artinya dipilin jadi satu dengan Tuhan. Melekat pada Tuhan, Zakharia 4:6 “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.”
Yesaya 64:4, “Tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia; hanya Engkau yang berbuat demikian.” Allah kita tidak sekedar berfirman, tetapi Dia juga bertindak, saat kita mau di-twisting, dipilin bersama dengan Dia. 1 Korintus 2:9, bicara mengasihi Dia bukan seberapa fasih kita berdoa, tetapi seberapa firman itu mempengaruhi hidup kita, sehingga hati, pikiran, dan renungan kita selalu manis di hadapan Tuhan.
Amin.

