Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 22 Agustus 2021 Oleh Pdt. Yohanes Budi
Setiap orangtua yang didaulat oleh Tuhan dan melahirkan anak-anaknya tentu punya doa, rencana dan cita-cita masa depan untuk semua anaknya. Itu orangtua di dunia, apalagi Bapa kita di sorga lebih dari itu. Berbicara mengenai panggilan hidup manusia—entah orang ini sadar atau tidak, sebenarnya Tuhan sudah disediakan sejak dari lahir.
Dalam Kejadian 25 dituliskan riwayat keturunan Abraham, riwayat keturunan Ismael, riwayat keturunan Ishak—kisah Esau dan Yakub. Mengapa dimuat kembali dalam Perjanjian Baru?
Ibrani 12:15-17 - [12:15] Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. [12:16] Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. [12:17] Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata. Ini merupakan peringatan bagi kita orang percaya. Roma 9:6,8,10-14. Esau dan Yakub selama dalam kandungan Ribka, keduanya selalu bertolak-tolakan. Ribka meminta petunjuk Tuhan, dan Tuhan memberitahukan firman-Nya tentang kedua anaknya nanti. Mereka adalah dua suku, dua bangsa yang berbeda. Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda, yang sulung Esau—disebut Edom, yang bungsu Yakub. Kita dapat merenungkan kebaikan Allah lewat kisah ini, bahwa:
1. Allah Bapa itu adil dalam rencana pemilihan dan panggilan-Nya, bukan berdasarkan perbuatan manusia tetapi berdasarkan panggilan-Nya atas hidup kita.
Kedepannya Esau akan menjadi hamba atau yang melayani adiknya Yakub. Ini merupakan ketetapan Allah yang harus dijalani untuk seluruh keluarga besar Ishak, Kejadian 27:1-10. Ribka dan Yakub mempunyai ambisi berkat kesulungan, bagaimana pun caranya—ditempuh dengan cara yang tidak benar—supaya jatuh ke tangan Yakub, membuktikan hati Ribka dan Yakub belum bisa menerima firman yang telah ditetapkan Tuhan.
Roma 8:28-30. Apapun yang Tuhan tentukan untuk posisi kita dan panggilan-Nya adalah dalam rangka karya-Nya dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Kita yang terpanggil sesuai rencana Allah, responi karya-Nya, menerima dengan sikap hati yang rela dan tulus yaitu mengasihi Dia.
Tujuan Allah memilih seseorang yaitu menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, bukan mengenai apa dan bagaimana atau hak kita di mata manusia yang menjadi ambisi pribadi kita. Tetapi memenuhi tujuan Allahlah yang paling penting untuk kita lihat dan jalani dengan segenap hati. Tujuan akhir dari setiap pribadi yang mau mengasihi-Nya dan hidup dalam rencana Allah adalah dibenarkan dan dimuliakan oleh Allah, bukan oleh manusia.
Apa yang direncanakan Allah tidak pernah gagal. Namun jangan coba-coba mengakali Tuhan dengan segala cara “membantu rencana Tuhan berhasil”. Ini malah memperkeruh kehidupan. Riwayat keturunan Ishak menjadi pelajaran penting bahwa manusia cukup mengasihi Tuhan dan terima saja apa yang Tuhan percayakan. Sejak dari lahir sebenarnya sudah tersedia rencana Allah. Bagaimana kita tahu? Mintalah petunjuk kepada Tuhan, jangan coba-coba untuk melenceng dari petunjuk-Nya, dari rencana-Nya, dari kehendak-Nya, karena mahal harga pembayarnya.
2. Setiap orang percaya memiliki kewajiban perlombaan yang harus dijalani seperti Yesus yang menjalaninya sebagai Anak yang taat kepada Bapa-Nya.
Bagaimana caranya agar kita mengawali dan mengakhiri dengan baik, walaupun hal ini tidaklah mudah? Ibrani 12:1-17. Perlombaan ini adalah kesempatan sekali seumur hidup yang diberikan pada setiap orang percaya. Esau dengan egois berpikir lalu memutuskan bahwa hak kesulungannya bisa ditukar dengan sepiring makanan, padahal ia haruslah menjalani dan menghidupinya sebagai anak sulung yang menerima kehormatan merupakan bagian rencana dan panggilan Allah dalam kehidupannya. Bukan bersikap masa bodoh terhadap rencana Allah dan tidak menghargai hal-hal rohani atau memandang rendah hak kesulungan itu. Inilah yang membuat kesempatannya menerima hak kesulungan berlalu begitu saja.
Perlombaan ini adalah bersyarat. Setiap peserta harus sungguh-sungguh berusaha hidup dalam ketaatan. Syaratnya: Ibrani 12:1, menanggalkan semua beban dan dosa, serta hidup menurut Roh bukan menurut daging. Jika peserta lomba hidup dalam daging, maka akan jatuh dalam dosa dan berakhir seperti Esau. Kita yang percaya kepada-Nya diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak-anak-anak Allah (Roma 8:14). Kita yang hidup di dalam Yesus, maka kita wajib hidup seperti Kristus telah hidup (1 Yohanes 2:6). Ibrani 12:2, arahkanlah selalu pandangan kita hanya kepada Yesus, bukan kepada orang lain. Mengapa? Tuhan memiliki rencana bagi setiap orang. Allah Bapa telah memilih dan memanggil setiap orang walaupun posisi atau latar belakang kita berbeda, tetapi sama tujuannya yaitu menjadi serupa dengan Yesus Anak-Nya. Jalanilah panggilan ini dengan meneladani hidup seperti Yesus yang telah menaklukkan diri-Nya dan taat menjalani panggilan Bapa-Nya bahkan sampai mati di atas kayu salib. Hal ini akan berlanjut memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan. Iman yang sempurna terwujud melalui tindakan ketaatan, proses pemurnian iman. Yakobus 2:14,17,21-22; 1 Petrus 1:7-9. Janganlah kita memilih bertuhankan hawa nafsu—seperti Esau— dan mempunyai pola pikir duniawi, karena hal ini akan berakibat kekalahan yang berakhir pada kebinasaan (Filipi 3:18-20).
Syarat lainnya: hiduplah berdamai dengan semua orang, hiduplah dalam kekudusan, jangan menjauhkan diri dari kasih karunia Allah agar bisa melihat apa yang Tuhan rencanakan dalam panggilan-Nya atas hidup kita. Esau dendam kepada Yakub, bahkan berencana membunuhnya karena Yakub telah merampas hak kesulungannya. Perlombaan ini adalah perlombaan proses untuk menjadi anak Bapa yang sah (huios – bahasa Yunani) anak Pangeran, bukan anak-anak gampang (nothos – bahasa Yunani). Kita adalah anak-anak Kerajaan, anak-anak Pangeran dengan melalui proses, dilatih. Bapa selalu memperingatkan anak-anaknya yang diakunya sebagai anak. Bahkan menghajar, mendidik untuk kebaikan anak-anaknya sehingga sebagai anak harus menanggung ganjaran penderitaan karena dalam pengendalian bapanya. Anak harus menghormati dan taat kepada orangtuanya di bumi, bahkan harus lebih taat kepada Bapa di sorga. Anak akan mengambil bagian dalam kekudusan dan itu bernilai kekal dan akan terima hak waris sepenuhnya.
Amin.

