Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 26 November 2017 Oleh Pdt. Herry Setiono – Lampung
1 Petrus 1:3-4, 23 - [1:3] Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, [1:4] untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. [1:23] Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.
Sebagaimana kita menulis surat kepada seseorang, kita akan mencurahkan seluruh hati, pikiran, dan pengharapan-pengharapan disampaikan kepada penerima surat itu, demikian juga Petrus, dia mempunyai hati, pikiran, pengharapan untuk orang-orang Yahudi diaspora (yang ada di perantauan) yang dicurahkan dalam isi surat itu. Petrus mengingatkan kepada mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang sudah dilahirkan kembali oleh kebangkitan Yesus dari antara orang mati kepada jalannya kehidupan untuk memperoleh bagian yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan tidak dapat layu. Dan Petrus sampaikan bahwa mereka mempunyai nilai dari kelahiran kembali oleh benih (bagian esensial dari tumbuhan yang memungkinkan kelanjutan jenis tumbuhan itu).
Kita dilahirkan dari benih yang tidak fana yaitu Yesus yang punya nilai, kualitas, keunggulan. Kalau sebiji benih itu tidak jatuh ke tanah dan mati, benih itu hanya tinggal satu biji saja. Tapi kalau benih itu jatuh ke tanah lalu mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Ketika Yesus mati di atas kayu salib Dia melihat buah dari kematian-Nya yaitu kita, Dia melihat ada nilai dan bobot, keunggulan-keunggulan yang sama dalam hidup kita seperti yang ada dalam diri-Nya yang dikerjakan oleh firman Allah. Firman Allah membentuk dan membangun kita untuk menjadi sesuatu yang bernilai.
Hanya orang-orang yang punya nilai unggul, berkualitas yang mampu meraih sesuatu yang berkualitas. Kita menjadi berkualitas ketika kita dilahirkan kembali oleh kebangkitan Kristus dari antara orang mati kepada satu hidup yang penuh pengharapan, karena Dia adalah benih yang tidak fana, yang mengandung keunggulan-keunggulan.
Allah datang kepada Abraham dan berfirman ia akan menjadi bapa banyak bangsa, secara medis Abraham dan Sara tidak punya kemungkinan untuk punya anak, karena Abraham berusia 100 tahun, sudah sangat lemah (Roma 4:19), tapi Abraham percaya dan berharap kepada Allah bahwa firman Allah akan menjadi kenyataan.
Ketika Abraham merespon firman Allah dan percaya, Allah memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran dan Allah memperlakukan Abraham sesuai dengan kebenarannya menjadi bapa banyak bangsa. Allah mulai membangun karakternya, Allah mulai memperlengkapi Abraham untuk berfungsi sebagai bapa banyak bangsa.
Apa yang disampaikan Allah lewat kematian dan oleh kebangkitan Yesus yang membangkitkan dan melahirkan kita kembali untuk menjadi sesuatu yang bernilai/berbobot?
Hanya Yesus, satu-satunya yang dapat memperoleh nilai yang tidak binasa, yang tidak dapat cemar, yang tidak dapat layu itu. (1 Korintus 15:42,43). Kita mendapat nilai itu ketika kita mendengar firman Allah, percaya dan berharap seperti Abraham.
Kematian dan kebangkitan Kristus adalah sebuah karya karena memberikan keuntungan bagi orang lain. Keuntungan yang seperti apa yang kita peroleh dari kematian/kebangkitan Kristus?
Kalau Petrus berkata “untuk mendapat bagian yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan tidak dapat layu”, Paulus berkata “bagian yang dijanjikan oleh Allah yang mempunyai nilai yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan tidak dapat layu”.
Yesaya 53:10 - Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
Ketika Yesus mati disalib:
1. Ia akan melihat keturunannya,
Keturunan = keserupaan dengan Kristus.
Roma 8:29 - Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Yesus memiliki persekutuan yang erat dengan Bapa-Nya sehingga kehendak, pikiran, dan perasaan sama seperti Bapa-Nya. Ketika melihat kondisi seorang yang berdosa, Ia punya belas kasihan terhadap keberadaan orang itu, karena orang itu harus diselamatkan.
Paulus memberikan nasihat dalam Filipi 2:5 - Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.
Setiap kita dipakai untuk melayani orang lain menjadi serupa dengan Yesus. Untuk membuat seseorang serupa dengan Kristus, harus dimulai dari diri kita sendiri menjadi serupa dengan Kristus. Konsekuensinya, kita dituntut harus punya karakter/fungsi seperti Yesus memperlakukan orang lain.
2. Umur lanjutnya.
Yesus memulai pelayanan pada umur 30 tahun, selama 3,5 tahun melayani bangsanya kemudian Dia mati disalib, janji Allah kepada-Nya kalau Ia mati, Ia akan melihat keturunan-Nya umurnya akan lanjut, pekerjaan-Nya berlanjut dalam kapasitas Tuhan dan Kristus, karena itu ia menjadikan kita imam-imam bagi kerajaan-Nya.
Efesus 1:11; 3:6.
Kita adalah ahli-ahli waris, anggota-anggota tubuh Kristus, Yesus adalah kepala, dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus (orang-orang yang terus melakukan pekerjaan-Nya). Setiap kita punya potensi pelayanan yang harus digali. Kita punya nilai dan kualitas kalau kita punya karakter Yesus, dan Allah perlengkapi kita dengan pelayanan untuk membangun seseorang.
3. Kehendak Tuhan akan terlaksana oleh kematian-Nya.
Ketika Yesus mati di salib untuk melakukan kehedak Bapa (Ibrani 10:9). Korban menurut hukum Taurat (kesepakatan pertama) dihapus untuk menegakkan yang kesepakatan baru (kedua) yaitu Allah menaruh dalam akal budi, menulis hukum dalam roh di dalam hati.
Kesepakatan baru: keberadaan seseorang menjadi tanggung jawab kita, lewat pelayanan kita ditunjang karakter Kristus yang ada pada kita. Itu nilai, bobot kita. Setiap kita punya tanggung jawab.
Amin.

