Kekuatan Saat Menantikan Tuhan

. Hits: 138

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 28 Agustus 2022 Oleh Pdt. Andrew M. Assa

Lewat permasalahan, Allah ingin menyatakan kemuliaan. Melalui kemustahilan, Allah menyatakan mujiza-tNya. Saat seluruh kemampuan manusia tidak lagi bisa mengatasi, ada kekuatan dan mujizat saat menanti-nantikan Tuhan. Justru dalam kelemahan, kuasa Tuhan sempurna (2 Korintus 12:9).

Mazmur 27:14, “Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!”. Mazmur 27:8, “Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN.” Pengalaman menanti-nantikan Tuhan, menurut orang seperti pengalaman menganggur. Seperti Marta yang protes pada Yesus, yang dianggap membiarkan Maria diam saja sedangkan ia sibuk menyiapkan banyak hal. Namun, Yesus tidak marah pada Marta. Yesus mengungkapkan bahwa Maria mengambil bagian yang terbaik.

Matius 11:28 [KJV],Come unto me, all you that labor and are heavy laden, and I will give you rest.” Tuhan akan memberikan istirahat. Istirahat di dalam Tuhan bukan berarti menganggur dan tidak bekerja. Rest di dalam Tuhan artinya mau dipimpin oleh Tuhan. Yesaya 63:14, “seperti ternak yang turun ke dalam lembah. Roh TUHAN membawa mereka ke tempat perhentian. Demikianlah Engkau memimpin umat-Mu untuk membuat nama yang agung bagi-Mu.Rest di dalam Tuhan bukan kemalasan, tetapi mempercayakan diri dipimpin oleh Roh Tuhan. Saat kita mau dipimpin oleh Roh Tuhan, mengijinkan Tuhan bekerja di dalam kita dan bekerja melalui kita, Tuhan sedang membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Sehingga saat kita sampai pada jawaban doa, kita tahu bahwa semua karena Tuhan, bukan karena kekuatan kita.

Saat ikuti pimpinan Tuhan, jalan kita tidak seperti paradigma iblis yang mengatakan jalan kita berat. 1 Tawarikh 15:26, Dan oleh karena Allah menolong orang Lewi yang mengangkat tabut perjanjian TUHAN itu, maka dipersembahkanlah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan. Tabut Perjanjian seberat 130,65 kilogram, diusung oleh 4 orang Lewi. Mereka bisa mengusungnya karena Tuhan yang memberikan kekuatan. Justru jalan dunia berat dan menakutkan. Amsal 13:15 [KJV], “but the way of transgressors is hard”, jalan orang berdosa adalah berat.

2 Samuel 6:12, Diberitahukanlah kepada raja Daud, demikian: "TUHAN memberkati seisi rumah Obed-Edom dan segala yang ada padanya oleh karena tabut Allah itu." Lalu Daud pergi mengangkut tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom ke kota Daud dengan sukacita. Ketika kita mau menantikan Tuhan dan mencari wajah-Nya, ada sukacita. Daud menyambut Tabut Perjanjian tidak dengan tangan hampa, ada ribuan korban bagi Tuhan dari rumah Obed-Edom hingga Yerusalem. 2 Korintus 3:5, “Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.” Kalau kita mampu, semua karena pekerjaan Allah. Iblis senang membalikkan keadaan, mengikut Tuhan itu berat, Matius 23:4-5. Matius 11:29-30, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” Saat kita tersedia untuk melayani, beban kita itu enak. Kita dapat bersukacita seperti Daud. Saat Daud mau membawa tabut, dia coba dengan cara dunia yaitu dinaikkan pedati. Tabut itu hampir jatuh karena lembu yang tergelincir, Uza mengulurkan tangan untuk menahan tabut itu. Saat Uza mati, tempat di mana Uza disambar Tuhan diberi nama Peres-Uza. Uza artinya kekuatan, Peres artinya diruntuhkan. Ketika Daud mencoba dengan kekuatan sendiri, harus dipatahkan. Tabut Perjanjian kemudian dititipkan ke Obed-Edom selama 3 bulan, dan akhirnya Obed-Edom dan keluarga mengikuti Tabut Perjanjian yang dibawa kembali oleh Daud. Obed-Edom dan keluarganya menyadari, kehadiran Tuhan sangat berharga. Mereka mengejar hadirat Tuhan sampai ke Yerusalem. Mari mendekat kepada-Nya, kita kejar hadirat-Nya.

Amin.