Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 2 Oktober 2022 Oleh Pdt. Andrew M. Assa
Yesaya 41:10 - janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.
Kita ada di tengah fakta, dikuasai hukum alam, dikuasai gaya tarik bumi, dikuasai oleh situasi yang ada, tapi firman Allah mengatakan jangan takut, jangan bimbang. Tuhan berkata Aku tetap Penguasa yang berdaulat atas hidupmu. Sarana pendukung hidup kita sebenarnya perkara yang tidak kelihatan—udara, gaya tarik bumi, atmosfir, dll. Ada kuasa yang tidak kelihatan. Kenapa seringkali orang punya argumen, masa hanya cukup percaya kepada firman? Dan seringkali lebih memprioritaskan yang kelihatan daripada yang tidak kelihatan. Yang menopang hidup kita Tuhan Allah kita. Kalau Tuhan berfirman, Tuhan bersungguh-sungguh dengan firman-Nya kepada siapa yang percaya firman-Nya.
Pribadi ini menghargai yang tidak kelihatan. Ibrani 11:27. Musa waktu itu adalah pangeran, di atasnya masih ada otoritas. Faktanya Musa ketakutan lari ke Midian karena raja Firaun tahu ia telah membunuh satu mandor Mesir untuk membela satu budak Israel. Rupanya ketika Musa tetap beriman, dia sadar sekalipun saya dididik dengan hikmat orang Mesir, tapi saya bagian dari orang beriman. Tuhan lihat imannya dan hargai imannya. Di hadapan Tuhan, Musa dianggap tidak takut menghadapi murka raja dan ia bertahan (kartereo – ia tetap kuat, potensi mudanya sedang maksimal). Musa tetap kuat berapapun usianya, ketika keluar dari Mesir usianya 40 tahun. Ketika di Midian dididik oleh Tuhan sendiri lewat fakta yang menyesakkan, selama 40 tahun dia hanya jadi penggembala domba dan menjadi tidak ada apa-apanya. Kabar baiknya, tepat ketika usianya 80 tahun--menurut pikiran manusia sudah terlambat--Musa bisa bertahan. Kenapa? Karena Tuhan sedang persiapkan 40 tahun yang ke-3 untuk memimpin bangsanya keluar dari Mesir. Kalau Allah sudah punya rancangan buat kita, kita tangkap dan imani rancangan Allah, tidak peduli berapapun usia kita, Allah bisa wujudkan. Permasalahannya yang kita imani yang mana, firman Allah atau fakta yang kelihatan?
Musa bisa tetap kuat dan bertahan karena ia melihat yang tidak kelihatan. Musa bisa melihat dari firman yang dia imani, ada perkara yang tidak kelihatan lebih berkuasa, lebih besar. Ulangan 34:7, ini faktanya ketika Musa di akhir 40 tahun yang ke-3 dia memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir ke tanah perjanjian. Usia Musa 120 tahun, katereo ini tetap terjadi, matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang. Firman Allah sungguh-sungguh.
Bukti Musa bisa melihat yang tidak dilihat orang lain. Karena melanggar kekudusan Tuhan, Musa tidak bisa masuk ke Tanah Perjanjian. Musa jengkel dengan bangsanya karena tidak bisa menghargai kasih Tuhan, dia mulai pukul gunung batu. Musa sempat menawar Ulangan 3:25-26. Tuhan beri kesempatan Musa untuk melihat seluruh Tanah Perjanjian. Ulangan 34:1-4. Dari gunung Pisga sampai ke Laut Tengah jaraknya sekitar 300 km. Bahkan lembah Yerikho, Yerikho terletak 300 meter di bawah permukaan laut. Secara jasmani mana mungkin Musa bisa melihatnya? Namun, mata jasmani Musa bisa melihat. Hubungkan Matius 7:24. Setiap orang yang mau mendengar firman Allah, kemudian bukan hanya sekadar jadi pengetahuan, tapi melanjutkan (follow-up), melakukannya, Tuhan berkata dia seperti berdiri di atas batu. Fakta tetap terjadi, angin, banjir, masalah tetap terjadi. Dia tetap kokoh karena berdiri di atas Batu Karang yang menopang.
Selalu ada pilihan, ketika mendengar firman dan follow-up apa yang kita dengar, atau mendengar firman tapi tidak mau melakukannya. Orang yang mendengar firman tapi tidak mau melakukannya, ia seperti berdiri di atas pasir Matius 7:26. Ingat, kenyataannya kita ini seperti pasir. Jangan berharap pada manusia yang seperti pasir.
Musa tidak bisa masuk ke Tanah Perjanjian, tapi hambanya punya hati yang sama seperti pemimpinnya. Yosua 1:5,7. Yosua punya sikap yang sama dengan Musa, punya following heart. Penyertaan Tuhan itu lengkap, bukan hanya semasa hidup kita, tapi terjadi dari generasi ke generasi. Karena waktu kita percaya kepada Tuhan sebetulnya kita sedang mewariskan kepada orang di balik bayang kita.
Amin.

