Memandang Melampaui Apa Yang Bisa Kita Lihat

. Hits: 229

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 26 Maret 2023 - Pdt. Peterus Rediwan

Mata kita memiliki keterbatasan. Tidak bisa terbuka dalam jangka waktu lama, harus berkedip. Kadang ada pandangan yang menipu karena keterbatasan itu. Apa yang kita lihat pun mempengaruhi pikiran. Itu sebabnya, dalam menjalani kehidupan, tidak selamanya kita menggunakan mata jasmani kita. Kita memerlukan mata rohani yang mampu memandang melampaui apa yang kita lihat.

Efesus 5:16, “dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” Banyak kejahatan yang terjadi di sekitar kita, tetapi kita punya masa depan. Oleh sebab itu kita tidak bisa memandang dengan mata jasmani. Amsal 23:17,18, “Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan TUHAN senantiasa. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” Kita perlu punya kemampuan memandang melebihi apa yang bisa kita lihat. Yeremia 29:11, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Bagaimana caranya kita memandang jauh melebihi apa yang kita lihat?

1.   Buang ketakutanmu dan arahkan pandanganmu kepada Tuhan.

      2 Raja 6:14-17, peristiwa Elisa dan bujangnya yang dikepung pasukan raja Aram. Raja Aram merasa kesal karena selalu gagal menyerang Israel, karena Elisa selalu memberi tahu lokasi pasukan raja Aram, sehingga mereka bisa lari. Elisa tidak pandai berperang. Namun, yang dikirimkan adalah suatu kumpulan tentara yang besar, dengan tujuan agar Elisa tidak bisa melarikan diri. Raja Aram tahu bahwa yang mendukung Elisa adalah Allah yang luar biasa. Dengan ketakutannya, raja Aram justru bisa memandang siapa yang menyertai Elisa. Namun, bujang Elisa ketakutan meskipun ia sudah lama mengikuti Elisa. Ia terintimidasi dengan banyaknya tentara yang mengepung mereka. Bujang Elisa tidak dapat melihat Allah yang besar. 2 Raja 6:16, “Jawabnya: "Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka." Kita memiliki Allah yang lebih dari segalanya.

2.   Melihat apa yang dilihat Allah, bukan yang kita lihat.

      1 Samuel 16:6,7, apa yang kita lihat seringkali berbeda dengan yang dilihat Allah. Manusia sering melihat dengan mata jasmani. Saat Samuel melihat anak-anak Isai yang gagah, ia merasa itu pilihan Allah. Namun, satu per satu Allah menolak semua anak Isai yang menurut pandangannya baik. Hingga akhirnya ia menantikan anak terakhir Isai. 1 Samuel 16:12, Allah menyuruh Samuel bangkit dan mengurapi Daud, meskipun penampakan Daud meragukan untuk menjadi raja. Seringkali sesuatu yang buruk menurut kita, ternyata baik menurut Tuhan. 1 Korintus 1:27,28, “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,” Jangan kita mengecilkan kuasa Tuhan karena Tuhan sanggup mengubah segala sesuatu.

3.   Miliki cinta kepada Tuhan.

      Roma 8:28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Mengapa kita harus memiliki cinta? Tuhan mencintai kita lebih dari segalanya (agape). Ketika kita juga punya rasa cinta, kita memahami apa yang Tuhan lakukan bagi kita adalah untuk kebaikan kita. Meskipun kejadian yang diijinkan Tuhan untuk kita alami tidak enak, kita tetap mau agape pada Dia, sehingga kita bisa melihat kebaikan Tuhan dalam hidup kita.

Amin.