Ringkasan Khotbah Minggu Siang, 22 Juni 2025 Oleh Pdt. Andrew M. Assa
Relijius bukan berarti bergantung pada Tuhan. Lukas 19:36-40. Ketika Yesus masuk di Yerusalem, Yesus dielu-elukan karena orang banyak "melihat mukjizat". Mereka melihat yang pertolongan jasmani. Jangan gantungkan harap kita pada perkara yang bisa kita lihat. Masihkah hati kita berpaut pada Tuhan kalau doa kita belum terjawab? Apapun kondisi kita, biarlah kita memuliakan Tuhan. Ayat 39, sepertinya kontradiktif, ketika ada orang banyak memuliakan Yesus, yang tidak setuju bukan orang pendosa, bukan orang kafir, tapi justru orang relijius, orang rohani, orang Farisi....
Farisi dari akar kata p'rushim: orang-orang yang terpisah, mengajarkan jalan kebenaran, satu golongan yang taat pada firman Allah sampai detail. Orang Farisi mereka tahu Firman Allah, secara atribut seorang yang religius. Yesus masuk Yerusalem mengendarai keledai mereka pasti tahu Zakharia 9:9. Bahkan ketika orang Majus datang ke Herodes, mereka sebetulnya sudah tahu nubuatan kelahiran Yesus. Sayangnya relijius bukan berarti seorang yang bergantung pada Tuhan. Jangan tertipu yang di luar. Lukas 9:39-40, mereka menyuruh Yesus menegur murid-murid-Nya. Kekristenan bukan soal jadi relijius, tapi bagaimana mengandalkan Tuhan setiap waktu.
2 Korintus 11:13 - Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Yang hanya sekadar relijius Rasul Paulus katakan: [11:14] Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang. Iblis bisa membuat manusia kelihatannya hebat, lakukan Firman Allah, lakukan pelayanan, sepertinya dalam hadirat Tuhan. Luciel menjadi sombong di hadirat Tuhan, akhirnya terusir dari sorga. Tuhan tidak pernah ciptakan setan. Iblis bisa buat manusia kelihatannya rohani, tapi ada kesombongan. Segala kesanggupan kita hanya karena pekerjaan Allah. [11:15] Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran.... Jangan heran kalau sepertinya berkedok dengan relijius.
Ketika umat pilihan menolak Yesus, kita pokok zaitun liar yang dicangkokkan. Mereka coba cari kebenaran dengan upaya mereka Ibrani 7:19. Kalau hanya berpatok pada hukum Taurat tidak akan membawa pada kesempurnaan. Taurat harus ditandai dengan korban, korban binatang tidak pernah bisa menghapus dosa. Setiap tahun harus dikerjakan. Di akhir masa Taurat, Yohanes pembaptis membaptis Anak Domba Allah. Itulah pengharapan kita, Yesus menggenapi hukum Taurat. Ibrani 10:5-10. Korban bakaran dan korban penghapus dosa hanya menutupi dosa, tidak menghapus dosa. Yesus datang untuk melakukan kehendak Bapa ayat 8-10. Dia genapi tuntutan kekudusan Allah. Kalau kita mau benar-benar sampai kepada Allah, tidak ada satupun yang sanggup. Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
Kekristenan bukan soal menjadikan kita seorang yang sok rohani, tapi kekristenan dalah ketika kita percaya korban Kristus. Injil Matius menggambarkan Yesus sebagai Raja. Injil Markus menggambarkan sebagai Hamba. Injil Lukas menggambarkan sebagai Manusia. Injil Yohanes menggambarkan Yesus sebagai Tuhan, sehingga dituliskan pada mulanya adalah Firman. Yesus adalah Firman yang menjelma jadi manusia, Dia penggenapan semua itu. Yohanes 1:17 - sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Kasih karunia adalah pribadi Yesus Sang Kasih Karunia. Waktu kita terima kasih karunia, kita juga terima kebenaran. Taurat hanya menuntut.
Titus 2:11-14. Kasih karunia itu eksis jadi nyata, jadi daging. Inilah kehendak Allah. Kita bisa berkenan pada Tuhan, Yohanes 6:28-29, percaya pada Yesus--kasih karunia Allah. Kita tidak mungkin bisa mendekat pada Allah kalau tidak menerima kasih karunia. Titus 2:12, Sang Kasih Karunia itu Dia terima kita apa adanya, tapi Dia tidak biarkan kita apa adanya. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini. Ayat 13, kasih karunia menyelesaikan masa lalu kita, menebus kita, mengerjakan saat ini, menantikan penggenapan pengharapan. Ayat 14, Dia menguduskan kita bagi Allah, bukan supaya pamer untuk dilihat orang.
Yohanes 6:60, Yesus berkata: Akulah roti yang turun dari sorga, terimalah Aku. Orang-orang yang selama ini mengikut Yesus mereka berkata ini anak Yusuf dan Maria, mereka anggap perkataan ini keras. Ayat 66 orang relijius banyak yang mengundurkan diri. Ayat 67-69 - ... Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." Apapun kondisi kita biarlah kita punya gaya hidup bergantung pada Tuhan, karena Firman-Nya adalah Firman yang hidup dan kekal.
Amin.

