Percaya Pada Waktunya Tuhan

. Hits: 62

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 20 Juli 2025 Oleh Pdp. Santy Lamba

Bicara waktu yang tepat, kita tidak tahu waktu itu kapan. Mungkin itu berbicara jawaban doa, berakhirnya sebuah pergumulan, harapan-harapan kita yang kapan akan terwujud. Sebagai orang percaya kita harus percaya bahwa Tuhan punya waktu yang terbaik dalam hidup kita.

Mazmur 27:13-14 - [27:13] Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! [27:14] Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN! Waktu yang tepat itu pasti datang dalam kehidupan kita. Kita tidak tahu itu kapan. Menanti waktu Tuhan butuh kesabaran, ketekunan, iman/percaya. Ketika Tuhan tampaknya "diam" bukan berarti Dia tidak bekerja. Doa belum dijawab, jangan berhenti berseru kepada Tuhan, sebenarnya Dia dekat. Ratapan 3:57 - Engkau dekat tatkala aku memanggil-Mu, Engkau berfirman: Jangan takut!" Ketika kita kuat menanggung beban hingga hari ini, itu pun sudah sebuah jawaban dari Tuhan, kadang tidak kita sadari. Mazmur 138:3 [BIMK] - Waktu aku berseru kepada-Mu, Engkau menjawab, Kaukuatkan hatiku sehingga aku menjadi berani."  Menghadapi masalah, berani untuk percaya, karena ada Roh Tuhan yang ada di dalam kita, Zakharia 4:6.

Percaya pada waktunya Tuhan. Kejadian 8:1-22.

A. Alasan mengapa kita harus percaya pada waktunya Tuhan? Karena Allah setia dengan janji-Nya, Allah mengingat kehidupan kita. Kejadian 8:1, Allah mengingat Nuh. Pergumulan Nuh berat saat itu, terombang-ambing dalam bahtera--berdasarkan catatan Alkitab, air bah menutupi bumi selama 371 hari. Penantian di dalam bahtera membutuhkan kesabaran, kepercayaan, harapan. Kapan akan berakhir?

1. Nuh menanti waktu Tuhan dengan penuh kesabaran, tidak terburu-buru membuat keputusan. Saat bahtera sudah kandas di gunung Ararat, Nuh tidak langsung keluar dari bahtera—situasi di luar membahayakan mereka.  Nuh menunggu tanda yang jelas dari Tuhan. Sabar menguji kondisi bumi. Setelah 40 hari baru membuka tingkap bahtera. Melepas burung gagak. Tiga kali melepas burung merpati. Nuh percaya pada waktunya Tuhan, tidak ragu. Tantangan menantikan waktunya Tuhan adalah keraguan (terserah).

2. Seringkali kita terburu-buru mengambil keputusan/kesimpulan. Belajar dari Nuh: bersabar, mencari hikmat. Menunggu waktu yang tepat. Berdoa sebelum melangkah.

B. Taat pada petunjuk Tuhan. Kejadian 8:15-18. Nuh menunggu waktu Tuhan dengan tetap percaya untuk keluar dari bahtera—keadaan sudah aman. Kita dipanggil bukan hanya untuk percaya, tetapi juga taat pada petunjuk Tuhan. Seringkali kita ingin melihat kemuliaan Tuhan, tapi tidak mau dipimpin oleh Roh Kudus/Firman. Yohanes 2:3-9. Yesus melakukan mujizat karena menanggapi iman Maria. Maria berkata kepada pelayan-pelayan apa yang disuruh Yesus buatlah itu. Kita butuh ketulusan, kemurnian dalam menanggapi Firman Tuhan. Air biasa berubah jadi air anggur yang manis.

C. Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan ketika keluar dari bahtera. Kejadian 8:20-21. Mezbah adalah ungkapan syukur dan penyembahan yang tulus kepada Tuhan. Syukuri yang kita miliki. Selalu ada alasan untuk bersyukur kepada Tuhan. Kadang kita terlalu fokus pada hal-hal yang belum kita capai, sehingga kita lupa pada hal-hal yang Tuhan beri dalam hidup kita hari ini. Filipi 4:6 - ... nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Penyembahan yang tulus adalah hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Itu yang Tuhan inginkan. Ketika kita naikkan syukur kita kepada Tuhan, percayalah Dia sanggup mengirimkan apa yang kita butuhkan dalam hidup kita.

Ketika Yesus dalam perjalanan pelayanan-Nya, Dia bertemu dengan seorang wanita yang bukan dari kaum Israel. Matius 15:22-28. Ayat 23, Yesus sama sekali tidak menjawab, perempuan ini disuruh pergi, jawaban tidak sesuai harapan. Ayat 25, Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." Ketekunan diuji. Dalam konteks ini sebutan anjing untuk non-Yahudi. Anjing makan remah-remah yang jatuh di bawah meja tuannya. Perempuan ini sadar betul bahwa ia bukan orang Yahudi asli dan pelayanan Yesus saat itu khusus untuk orang-orang Yahudi. Tapi dia menanggapi dengan iman, bahkan remah-remah berkat Mesianik cukup untuk menolong, menyelamatkan aku. Percaya yang tulus kepada Tuhan Yesus. Hanya remah-remah anugerah itu cukup bagi saya. Kejadian 8:21-22. Selama bumi masih ada, tak berhenti musim kehidupan. Apapun musim yang kita hadapi hari ini, Tuhan tetap ada bersama-sama dengan kita.

Amin.