Anugerah dan Kebenaran

. Hits: 247

Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 15 April 2018 Oleh Pdt. Herman Rantung (Jakarta)

Yohanes 1:14 - Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Anugerah harus disertai hidup benar. Ada banyak anak Tuhan--gereja senang menerima anugerah tapi tidak mau hidup benar, dan konsep semacam ini terus-menerus terjadi sehingga terus-menerus jatuh dalam dosa. Anugerah dan kebenaran seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.

Ada standar yang Tuhan berikan pada gereja, kalau terlalu sulit untuk dilakukan berarti sudah jatuh terlalu dalam. Banyak anak Tuhan suka kompromi. Tuhan tuntut kita untuk hidup benar setelah kita menerima anugerah. Bebas tapi tidak kompromi dengan dosa. Yesus bergaul dengan siapa saja tapi tidak berdosa, seringkali orang mencari-cari alasan untuk pembenaran diri sendiri.

Contoh: Yohanes 8:2-11.

Perempuan yang tertangkap berbuat zinah, saat itu berlaku hukum Taurat, seorang yang berbuat zinah akan dilempari dengan batu sampai mati. Beruntunglah perempuan ini bertemu dengan Yesus. Upah dosa adalah maut, manusia seharusnya dihukum tapi karena kasih karunia tidak dihukum. 

Yoh. 8:10,11 - Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Anugerah harus disertai hidup benar.

Kalau gereja terus bertumbuh dalam anugerah tanpa disertai hidup benar akhirnya akan muncul hypergrace. Di akhir zaman ini ada dua golongan gereja: gereja yang kompromi dan gereja yang benar-benar mengandalkan Roh Kudus (takut berbuat dosa dan hidup dalam kebenaran). Bagaimana kalau perempuan itu jatuh lagi? Yohanes 5:14. Kalau mempermainkan anugerah Tuhan, hal yang lebih buruk terjadi.

Pelayanan yang sesungguhnya adalah ketika kita berada di luar gereja, dalam keseharian, dalam komunitas kita. Terima firman Allah dan lakukan, jangan diperdebatkan dan jangan hanya menjadi pengetahuan saja. Matius 7:21-23. Akhir dari kematian ada dua pilihan: sorga kekal atau neraka kekal, hidup adalah kesempatan, tapi kesempatan tetap akan berakhir. Ketika keluar dari gereja, di situ tanggung jawab sebagai anak Tuhan dituntut, kita menjadi public figure, kita harus hidup kudus.

Matius 11:28-30. Tuhan yang mengundang, ketika kita sudah terima undangan itu, Ia letakkan kuk atas kita. Kuk = alat yang dipasang pada binatang untuk menggemburkan tanah. Orang yang dipasang kuk artinya orang itu mau diatur. Ketika kita menerima anugerah Tuhan, Tuhan mau atur kita. Kenapa beban ringan? Karena kita mau diatur Tuhan.

Roma 11:22 - Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.

Orang yang mempermainkan anugerah Tuhan akan dipotong.

Roma 2:4-8. Kemurahan menuntun pada pertobatan, Tuhan punya batas kesabaran, Ia Allah yang pencemburu. Tuhan marah bila diduakan. Segala sesuatu yang dicintai melebihi Tuhan itu berhala. 

Apa yang ditabur, itu yang akan dituai. Hukum Allah tidak bisa diganggu gugat. Kalau terus berbuat dosa dan menikmati berbuat dosa, nanti akan menerima apa yang telah ditabur. Masih ada kesempatan untuk bertobat tapi akan datang kesempatan ini akan tidak ada lagi dan semua tidak bisa menolong. Keselamatan harus dikerjakan masing-masing, buka hati untuk Tuhan, tinggalkan dosa, hidup baru di dalam Yesus dan hidup benar dalam Yesus.

Amin.