Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 2 Desember 2018 - Oleh Pdt. Andrew M. Assa
Daniel 12:3 - “Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.”
Berapa banyak kali kita merasa tertuduh, kita bukan orang bijaksana; karena korban Yesus kita dipulihkan utuh lagi (sozo). Kita ditebus oleh darah Anak Domba, korban Yesus tidak hanya menutupi dosa tapi menebus dosa kita. Yesaya 11:1-2, di dalam Yesus ada sesuatu yang lengkap. Ketika kita terima Yesus, ada Roh hikmat atas kita, seperti Yusuf. Yusuf setia dalam rutinitas keseharian, ia bisa menjadi pengelola yang baik di kemah Yakub ayahnya. Sebagai budak di rumah Potifar, tangan Tuhan ada atasnya sehingga Tuhan buat berhasil apapun yang dikerjakannya, bahkan seluruh harta diserahkan padanya untuk dikelola. Ia difitnah oleh istri Potifar tapi pembelaan berasal dari Tuhan. Yusuf menjadi pemimpin di negeri orang asing karena tangan Tuhan menyertai, ada favour dan wisdom atasnya. Apa yang mustahil bagi manusia, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Ketika kita diberkati, Allah ingin kita menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Kehidupan Yohanes.
Markus 3:14-15, tugas pertama murid Yesus adalah menyertai Dia. Tuhan akan utus kita menjadi saksi seperti bintang bercahaya. Ayat 15, Tuhan memberikan power. Saat meresponi firman Allah, kita sedang mengikuti Gembala Agung. Saat berjalan bersama Yesus, Ia akan mengimpartasikan kuasa-Nya.
Matius 4:21-22, Yakobus dan Yohanes setia membantu pekerjaan ayahnya. Di dalam rutinitas sehari-hari, ada hikmat yang Tuhan munculkan. Sama seperti Yusuf yang setia mengelola kemah Yakub, hingga akhirnya ia mengelola istana. Yohanes tidak muda lagi ketika membereskan pekerjaan bersama ayahnya (otoritasnya). Ketika Yesus memanggil untuk menjadi murid-Nya, ia setia pada perkara kecil, hormat pada orangtuanya.
Matius 20:20-24, Yohanes dan Yakobus sepertinya mereka masih diatur oleh orang tuanya, tetapi ini adalah bagian dari mengikut Yesus. Markus 13:3-4, Yesus punya 12 murid, tetapi ada 3 murid utama yaitu Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Markus 5:37, saat di rumah Yairus, Yesus hanya mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes ke dalam kamar anak Yairus yang sudah mati. Matius 17:1, saat Yesus dimuliakan di gunung Tabor, Yesus hanya mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Markus 9:14, ketika mereka kembali, kesembilan murid lain sedang ditanyai oleh ahli-ahli taurat.
Ada simbol dibalik urutan Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Petrus artinya batu karang. Yakobus artinya penyerobot, tetapi juga diartikan supplanter (menggantikan atau digantikan). Yohanes artinya beloved (dikasihi), atau anugerah. Sehingga simbol ketiga murid ini diartikan batu digantikan anugerah. Matius 17:1-2, Yesus berubah, ada kemuliaan Tuhan saat berada di gunung Tabor. Markus 9:4, Yesus disertai Elia dan Musa. Elia adalah penjaga hukum Taurat, Musa adalah penerima hukum taurat. Saat Yesus sedang dimuliakan, hanya dilihat oleh Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Markus 9:7, Tuhan memberikan pewahyuan kepada Yohanes: “Dengarkanlah Yesus”. Ada dua kali Bapa katakan ini, saat Yesus berada di tempat terendah (sungai Yordan) dan tempat tertinggi (gunung Tabor).
Yohanes 18:15-16, penjaga pintu halaman bait Allah adalah perempuan yang mengenal Yohanes. Ia membawa masuk Petrus kedalam bait Allah. Tetapi di saat kritis, Petrus justru menyangkali Yesus.
Yohanes belum melakukan pelayanan spektakuler. Yohanes 13:23 (KJV), “leaning on Jesus’ bossom”, Yohanes orang yang suka bersandar di ribaan atau dada Yesus. Di dalam kitab Injil Matius, Markus, dan Lukas, nama Yohanes selalu ditulis bersama Yakobus, bahkan di kitab Yohanes sendiri, Yohanes tidak pernah menulis namanya, tetapi dia yakin sebagai “whom Jesus loved”, sebagai orang yang dikasihi Yesus (Yohanes 21:20).Yohanes tidak bisa banggakan kekuatannya sendiri, tapi ia bangga karena dikasihi Tuhan. Efesus 1:4-6, karena Yesus sudah tebus dosa kita, kita menjadi pribadi yang dikasihi Allah di dalam Yesus.
Saat Kaisar Nero menggoreng rasul Yohanes, ia tidak mati. Bahkan saat ia dibuang di pulau Patmos yang penuh ular beludak, tanpa mata air, ia tetap hidup dan menuliskan beberapa kitab. Seorang yang bersandar pada kasih Allah, kasih itu yang menopang dia, karena itu berjalanlah bersama Yesus.
Amin.

