Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 16 Desember 2018 – Oleh Pdt. Andrew M. Assa
Tuhan memanggil kita supaya kita masuk dalam rencana-Nya. Dulu cara hidup kita seperti Mesir tapi Tuhan berinisiatif membawa kita keluar dari Mesir supaya beribadah kepada-Nya—berjalan bersama dengan Tuhan. Lukas 8:1, murid-murid Yesus berjalan bersama-sama dengan Dia, sepertinya Yesus “mengharuskan diri” melewati kota Sikhar. Ketika mengikut Dia, kita perlu berjalan bersama-sama dengan Dia, bukan seberapa cepatnya tapi proses berjalan bersama Tuhan menentukan hasilnya. Permasalahannya, kita berjalan bersama siapa?
Belajar dari kehidupan Musa.
Ibrani 11 berisi tentang pahlawan-pahlawan iman. Ibrani 11:13 merupakan pernyataan tentang keadaan kita “... bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini”. Dalam perjalanan ke Kanaan (tanah Perjanjian), kita dibuat seperti tidak ‘kerasan’ karena bumi bukan tempat kita yang sejati. Kita adalah orang perjalanan dan mari kita ikut Dia.
Firaun melihat orang Ibrani bertambah banyak di Mesir, ia berpesan kepada para bidan di Mesir supaya membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Kisah Para Rasul 7:21,22, bayi Musa dibuang, dihanyutkan di sungai Nil karena orangtuanya takut terjadi sesuatu atas anak ini, Tuhan selalu punya rencana, memperhitungkan yang terburuk sekalipun. Tuhan atur di dalam rancangan-Nya, ketika putri Firaun mandi di sungai Nil, ia melihat bayi Musa dan timbul belas kasihan—ada perkenanan Tuhan. Putri Firaun tahu peraturan ayahnya, bayi Musa hidup dari iman orangtuanya, ada perkenanan Allah sehingga ia diangkat menjadi pangeran Mesir. Empat puluh tahun pertama di Mesir, Musa—orang asing menjadi pangeran Mesir karena favour (perkenanan) Allah, ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatan (ay. 22).
Favour (perkenanan) Allah selalu disertai wisdom (hikmat). Ibrani 11:24 – Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun. Di dalam anugerah dan hikmat Allah, Musa mengerti jati dirinya, kemudian ia mencoba membela bangsanya—membunuh seorang mandor Mesir—dengan kekuatannya sendiri untuk mewujudkan rencana Allah (Kis. 7:24). Musa ketakutan dan lari ke Midian. Untuk bisa mewujudkan rencana Allah menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, berjalanlah bersama Dia.
Kisah Para Rasul 7:29-34. Empat puluh tahun pertama Tuhan ijinkan Musa dididik menjadi pangeran Mesir, ia punya kuasa dalam perkataan dan perbuatan. Empat puluh tahun kedua, Tuhan bawa Musa ke Midian, ia berjalan bersama Tuhan—di luar konsep Musa sendiri. Keluaran 3:1, Musa tinggal di Midian bersama Yitro, mertuanya. Istrinya Zipora, wanita dominan yang bisa mengambil keputusan. Keluaran 4:10-12, rupanya 40 tahun kedua Musa seperti kehilangan kepercayaan diri, tapi Tuhan persiapkan supaya Musa berjalan bersama-Nya. Ia menjadi seorang yang paling lembut hatinya (Bilangan 12:3).
Tuhan memimpin Musa, baik di 40 tahun pertama dan 40 tahun kedua, masih ada 40 tahun berikutnya. Ketika berjalan bersama Tuhan, proses ini juga menjadi proses yang dialami bangsanya, ini yang membuat kita berbeda. Keluaran 33:15. Ketika turun dari gunung Sinai, Musa mendapati bangsanya menyembah patung lembu emas, ia menumbuk patung itu, menghamburkan abunya ke sungai dan menyuruh mereka meminumnya, di hari itu 3.000 orang tewas. Peristiwa di Keluaran 33 orang Israel belum sempurna, mereka baru 50 hari keluar dari Mesir, tapi waktu umat Allah mau berjalan bersama Tuhan, Tuhan buat kita berbeda dari bangsa lain (ay. 16). Mazmur 90:12.
Ulangan 4:5-8. Ingat kepada firman Allah, responi firman Allah ganti meresponi situasi karena Tuhan sedang membawa kita ke tanah Perjanjian. Proses masih berjalan, makan manna setiap hari, itu akan menjadi hikmat dan akal budi. Ketika kita berjalan bersama Tuhan, kita bisa memanggilnya sebagai Bapa di sorga (ay. 7); kita akan diluputkan dari keputusan yang keliru (ay. 8).
Ulangan 4:33-38. Bangsa Israel diselamatkan dari Mesir, Allah selamatkan kita dengan kekuatan yang besar, kita semua sedang dalam perjalanan ke Kanaan. Kita akan alami kenyataan Imanuel, lewati semua peristiwa, berjalanlah bersama Allah.
Amin.

