Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 31 Maret 2019 Oleh Pdt. Andrew M. Assa
Yesus adalah Panglima Besar, Komandan kita. Dalam dunia militer, ketika panglima sudah punya keputusan, anak buahnya akan taat pada keputusan itu. Berapa banyak kali kita punya kepercayaan Tuhan berkuasa, tapi hanya sekadar sampai pada sesuatu yang dipercayai dan tidak terhubung dengan Yesus, Komandan kita. Ketika Yesus menjadi Komandan hidup kita, biarlah kita berkata, “Saya mau taat!”
Mazmur 68:1-2 - ... Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya, orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya. Waktu Yesus berdoa di taman Getsemani, sepasukan prajurit Bait Allah datang mencari Yesus untuk menangkap-Nya. Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah (Yoh. 18:6). Ketika Allah bangkit, terseraklah musuh-musuh-Nya, tapi berapa banyak kali orang berpikir itu hanya sekadar firman. Ingat, firman adalah Allah sendiri, kuasa Allah. Amsal 4:20-22, ketika kita mengkonsumsi firman, kita mendapatkan kehidupan. Siapa yang menjadi ‘musuh-musuh’ kita? Permasalahan? Allah tidak pernah ciptakan manusia ada dalam permasalahan. Ketika manusia jatuh dalam dosa, dosa membuat manusia ada dalam permasalahan, tanah pun menjadi terkutuk, tapi ketika Yesus berdoa di taman Getsemani, keringat Yesus menjadi seperti tetesan darah yang menetes ke tanah, menebus tanah yang terkutuk. Ketika kita percaya Yesus, kita hidup sebagai orang yang telah ditebus, dan ketika Dia bangkit terseraklah musuh-musuh-Nya. Tapi apakah kita terhubung pada Yesus Komandan kita atau pada permasalahannya? Dua murid Yesus yaitu Yudas—terhubung dengan masalahnya dan coba menyelesaikan masalah dengan pengetahuan, dengan kekuatan, bahkan dengan firman yang dia tahu; dan Petrus—ketika ia sadar sudah bersalah, ia hanya mendekat kepada Yesus.
Yudas.
Yohanes 13:2. Ibrani 13:5. Yudas lebih meresponi iblis karena ia tamak akan uang daripada ia meresponi Yesus sebagai Komandannya. Tuhan ciptakan manusia dengan emosinya, tapi ketika kita ada dalam permasalahan, firman-Nya mengingatkan untuk meresponi Tuhan/firman-Nya karena firman sanggup mengadakan, menjaga hidup kita. Yudas lebih meresponi emosinya, menjual Yesus sampai akhirnya Yesus mati di kayu salib. Matius 27:3-5. Yudas menyesal dan menyelesaikan masalah dengan kekuatannya sendiri, bahkan berdasarkan pengetahuan akan hukum Taurat yang ia tahu dengan menggantung diri—nyawa ganti nyawa. Ulangan 19:21. Sayangnya ia tidak menangkap inti kedatangan Yesus untuk menebus dosa manusia karena manusia sudah tergadai oleh dosa. Yudas hanya pahami peraturan hukum Taurat dan coba genapi dengan kekuatannya.
Petrus.
Markus 14:71-72. Petrus mengutuk bahkan bersumpah tidak mengenal Yesus. Dosanya sama saja dengan Yudas. Petrus kecewa dengan dirinya sendiri, merasa sudah tidak layak melayani dan kembali menjadi penjala ikan, semalaman tidak menangkap apa-apa. Yohanes 21:3. Ketika Yesus menjumpai mereka di pinggir pantai dan menyuruh untuk menebarkan jala di sebelah kanan perahu, mereka taat lakukan, mereka mendapat ikan yang sangat banyak.
Yohanes 21:6-7. Kasih Allah tidak tergantung perbuatan kita. Berapa banyak kali berpikir kalau kita sudah bersalah, Tuhan tidak berkati, dan rasa bersalah itu justru membuat makin menjauh dari Tuhan. Ketika kita mendengar dan meresponi firman, firman sedang menguduskan, kita diciptakan menjadi manusia baru. Saat Petrus dengar yang di pinggir pantai itu adalah Yesus, ia berpakaian dan ke darat mendekati Yesus.
Lukas 15:1 - Then drew near unto him all the publicans and sinners for to hear him [KJV]. Para pemungut cukai dan orang berdosa mendekati Yesus karena kesadaran saya tidak bisa membersihkan diri dengan kekuatan sendiri, saya perlu Tuhan. Begitu juga dengan orang kusta dalam Matius 8:2. Lukas 14:25, sedangkan orang banyak hanya mengikuti Yesus sebagai tokoh panutan, tapi tidak mau mendekat karena mereka merasa diri cukup baik.
Yesus tetap berikan tanggung jawab kepada Petrus untuk memberi makan dan melindungi domba-domba-Nya ketika Petrus hanya bisa mengasihi Yesus dengan kasih persaudaraan (philia) bukan agape (kasih pengorbanan).
1 Petrus 1:1-5; 18-19. Sebenarnya kita tidak layak, tapi karena kasih karunia kita diperdamaikan dengan Allah. Petrus mengalami kekuatan Allah menjaganya. 2 Petrus 1:1-4 menjadi pengalaman iman Petrus. Ketika kita terfokus pada Yesus Komandan kita, kuasa ilahi-Nya sedang menganugerahkan kepada kita kuasa untuk hidup saleh. 2 Petrus 3:18, bertumbuh dalam kasih karunia, responi firman Allah, fokus pada Komandan kita, maka terseraklah musuh-musuh-Nya.
Amin.

