Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 9 Februari 2020 Oleh Pdt. Andrew M. Assa
Berapa banyak kali manusia punya konsep, pemikiran lebih cepat lebih baik. Ketika kita berada dalam konsepnya Tuhan, menanti-nantikan Tuhan, ijinkan Tuhan yang bergerak untuk kita—walaupun caranya tidak populer, jangan coba selesaikan permasalahan, kesalahan dengan kekuatan sendiri, dengan tindakan yang kelihatannya heroik dan penuh tanggung jawab.
Yudas. Matius 27:3 - Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia.... Yudas tahu firman, ia berpikir dialah yang bertanggung jawab atas kematian Yesus, bukankah firman Allah telah menulis nyawa ganti nyawa (Ulangan 19:21). Karena itu hukum Taurat harus ditegakkan, Yudas coba menebus kesalahannya sendiri dengan menggantung diri. Hukum Taurat tidak pernah membawa seseorang pada kesempurnaan (Ibrani 7:13). Justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa, bukan Taurat tidak sempurna, tapi Allah ingin menunjukkan manusia tidak bisa menebus kesalahannya dengan kekuatan sendiri, manusia butuh Juruselamat.
Sebetulnya Yesus sudah menyuruh Yudas dan murid-murid lain untuk menunggu di Galilea setelah Yesus mati, tapi mereka tidak mengerti maksud perkataan-Nya (Matius 26:32). Yesus tahu bahwa murid-murid-Nya akan gagal untuk setia. Yesus memang harus mati untuk menebus dosa. Kita tidak mungkin sempurna karena melakukan hukum Taurat (Roma 8:3). Tujuan utama Yesus datang ke dunia untuk menanggung dosa/kesalahan manusia.
Petrus. Matius 26:75 - Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. Petrus pernah sesumbar akan membela Yesus sekalipun murid-murid lain meninggalkan Yesus saat Yesus disalibkan. Namun, hanya Yohanes—murid yang selalu bersandar pada kasih Allah, yang tidak mengandalkan kekuatannya—yang tetap bertahan di dekat Yesus. Petrus sama seperti Yudas, tapi Petrus tetap menantikan Tuhan. Ia dengar Yesus dijatuhi hukuman mati, ia sedih karena ia tidak punya kesempatan membela bahkan tidak berani membela Yesus.
Setelah kematian Yesus, murid-murid-Nya kembali bekerja sebagai nelayan di Galilea karena berpikir sudah tidak bisa pelayanan lagi. Semalam-malaman mereka menebarkan jalanya, tidak ada hasil yang didapat. Tetaplah menanti-nantikan Tuhan. Yesus menyuruh mereka menebarkan jalanya, mereka mendapatkan banyak ikan. Yohanes sadar bahwa itu adalah Yesus. Ketika murid-murid ini menanti-nantikan Tuhan, Yesus sudah menunggu mereka dan Ia sediakan sarapan. Yesus bertanya pada Petrus, “Apakah engkau mengasihi—agape—Aku?” Petrus menjawab hanya bisa mengasihi Yesus dengan kasih philia. Kata Yesus kepadanya: “Feed my lambs.” Kedua kalinya Yesus bertanya, “Petrus apakah engkau mengasihi—agape—Aku?” Kata Yesus kepadanya: “Tend my sheep.” Dan ketiga kalinya Yesus bertanya, “Petrus apakah engkau philia dengan Aku?” Yesus berkata, “Feed my sheep.” Itu sebabnya Petrus menangis, sepertinya Yesus menurunkan standar.
Apa hubungannya dengan kota perlindungan?
Di dalam Taurat mengatur banyak hal tentang kota perlindungan. Yosua 20:2-3, ada 6 kota perlindungan: Kadesh (holy place), Sikhem (punggung, bahu), Hebron (perkumpulan, persatuan, kedekatan, keintiman), Bezer (biji emas, benteng terpencil), Ramot (ketinggian), dan Golan (kegembiraan mereka). Ketika kita mau menanti-nantikan Tuhan, Tuhan sudah sediakan kota perlindungan, dan itu digenapi oleh Yesus sendiri. Yesus ada di antara orang-orang berdosa, tapi Ia tidak tercemari dosa, justru kuasa keilahian-Nya memberkati dan memulihkan orang-orang berdosa.
Konsep kota perlindungan. Lukas 23:33,34. Jelas-jelas orang-orang melakukan tindakan untuk membunuh Yesus, tapi kabar baiknya Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dialah kota perlindungan sejati. Itu diresponi orang di sekitar salib, salah satunya penjahat di samping-Nya.
Kita semua punya masa lalu, tidak ada yang sempurna, setiap orang suci punya masa lalu tapi seorang pendosa pun tetap punya masa depan. Ketika kita tetap mau menanti-nantikan Tuhan, ijinkan Dia yang berperan bagi hidup kita. Kita tidak bisa merubah masa lalu, sama seperti Petrus ia pernah menyangkali Yesus, tapi dari mulut yang sama ketika dipulihkan, dijamah Roh Kudus saat berkhotbah 3.000 jiwa bertobat, karena Petrus masuk ke kota perlindungan itu, ia nikmati kota perlindungan “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Datanglah ke kota perlindungan yang sejati yaitu Yesus.
Amin.

