Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 16 Februari 2020 oleh Pdt. Andrew M. Assa
Matius 24:22, karena umat pilihan Tuhan, waktu dipersingkat. Apa yang harus kita kerjakan? Matius 24:28, “Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun.” Lukas 17:26-27, orang sibuk membangun, membeli dan menjual. Lukas 17:37, ketika waktu semakin dipercepat, mulai muncul tanda-tanda zaman, di mana ada bangkai yaitu tubuh Yesus yang diserahkan, maka rajawalinya Allah akan berkumpul. Berjaga-jagalah, tetap berkerumun di sekitar kematian Yesus sebagai wujud kasih Allah. Efesus 3:19, kasih Allah melampaui segala pengetahuan. Saat terima perjamuan suci, kita terima tubuh dan darah Kristus, kita terima kasih Kristus. Kita akan menerima kepenuhan Kristus, roh kita akan diperbaharui, terima hikmat, emosional yang terkendali.
Sikap menantikan Tuhan menentukan masa depan.
Kejadian 25:23, “Firman TUHAN kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda." Bagi yang sering dianggap mandul, atau semua pekerjaan yang dilakukan berakhir gagal, bersorak-sorailah. Karena Tuhan akan memberikan berkat double, asalkan kita menantikan Tuhan dengan sebuah sikap. Ribka langsung terima berkat anak kembar padahal sebelumnya dia dianggap mandul, bahkan anaknya disebut anak perjanjian.
Esau, punya sikap yang negatif yang akhirnya membunuh masa depannya. Kejadian 25:27, ia suka tinggal di padang. Ada banyak pengaruh padang atau luar rumah, yang membuat Esau tidak suka menuruti aturan di rumah. Saat mengikuti aturan sebetulnya Allah sedang mempersenjatai hidup kita. Kejadian 25:32, Esau mulai sesumbar ‘aku sudah kelaparan sampai mau mati, untuk apa hak kesulungan’. Ketika seseorang tidak pernah tinggal dalam sebuah otoritas, tidak berpikir panjang, merasa hidupnya miliknya sendiri. Daniel 10:12, “dan Aku datang karena perkataanmu”, Tuhan akan datang sesuai perkataan kita. Esau menganggap hina hak kesulungan. Jangan pandang remeh perkara rohani karena Tuhan melihat sikap kita, karena hidup kita ditopang firman Allah, Ayub 33:4. 2 Timotius 3:16, kita tidak hanya hidup secara jasmani, karena setiap firman yang dinafasi Allah (every God’s breathed word), setiap kita sedang mendengar firman Allah kita sedang dihidupkan, dan hidup kita adalah hidup yang penuh (whole life). Tetapi banyak orang seperti Esau, yang memandang ringan firman. Ibrani 1:3, Tuhan menopang hidup kita, rumah tangga, pekerjaan, masa depan, dan segala yang ada dengan firman-Nya yang berkuasa.
Yakub, seorang biasa, Kejadian 25:27. Plain man, pria yang standar saja. Beberapa merasa seperti Yakub, seperti orang biasa. Tetapi nantikan Tuhan dengan penuh pengharapan dan semangat, sabar dan penuh doa. Pengharapan dalam Kolose menggunakan kata elpis yang artinya sama seperti berharap besok matahari pasti terbit. Pengharapan kita dalam Tuhan, seperti matahari pasti terbit. Yakub selalu tinggal di kemah. Yakub belajar sebuah peraturan yang mempengaruhi masa depannya. Dia bersyukur dengan keadaannya, menjalani hari-harinya dengan penuh pengharapan dan semangat. Saat Yakub meminta hak kesulungan, Yakub bisa melihat yang tidak dilihat oleh Esau. Kejadian 28:11, Yakub menaruh batu sebagai bantal. Ia membawa kebiasaan dan aturan di rumah, meskipun ada di padang. Sikap ini menentukan destiny-nya. Hingga akhirnya Yakub melihat tangga ke sorga. Di tengah kekerasan hidup, tetap ada perkara ilahi yang Tuhan sampaikan. Bahkan ketika di rumah Laban, ia bertahan selama 20 tahun. Kejadian 31:38-41, Yakub mengerti arti tanggung jawab, ia mengerti aturan, ia mengerti prinsip otoritas. Yakub tidak komplain saat upahnya diubah Laban, karena ia mengerti destiny-nya. Kita bisa saja disusahkan, tetapi berkat ada di atas kepala orang benar, Amsal 10:6.
Mazmur 18:24-26, kesalahan menggunakan kata avon yang artinya kesesatan/kedurhakaan. Avon berasal dari akar kata avah yang artinya bengkok atau sikap yang buruk. Responi firman, Tuhan sedang jaga hidup kita. Mazmur 18:32-35, kadangkala ada aturan seperti mengikat pinggang. Ia tidak mengikat untuk membuat kita menderita. Yesaya 45:4-5, kata mengikat di ayat ini artinya mempersenjatai. Jangan bosan, nantikan Tuhan dengan iman, kita sedang dipersenjatai.
Amin.

